Sinopsis
Bonang adalah seorang anak dari keluarga miskin. Untuk makan saja,
mereka harus meminta nasi pada pamannya, seorang pemilik warung makan.
Bonang malu, karena setiap hari harus meminta nasi pada pamannya dan
juga karena pamannya selalu tidak ramah padanya. Ia juga kesal pada
ayahnya yang sakit-sakitan. Ayah Bonang mulai sakit-sakitan ketika ia
mendapat masalah dengan proyek jalan. Ia dituduh menggelapkan uang
proyek. Namun, karena tidak ada bukti yang memperkuat tuduhan itu, Pak
Mandor memintanya bekerja lagi. Ayah Bonang bekerja kembali, tapi tak
lama kemudian ia berhenti lagi karena ia tidak sepakat dengan
pemborongnya. ayah Bonang kembali jatuh sakit.
Selama ayah Bonang sakit, keluarga itu tidak bisa hidup dengan baik. Ibu
Bonang harus meminjam uang kepada tetangga bahkan kepada rentenir untuk
bisa menyambung hidup. Akhirnya rumah mereka dijual demi untuk membayar
hutang-hutang yang semakin menumpuk. Rumah itu dijual kepada paman yang
selama ini dimintai mereka nasi. Keluarga itu tinggal di kawasan yang
jauh dari keramaian dan mendirikan rumah bamboo yang sederhana. Pak
Mandor kembali membujuk ayah Bonang untuk bekerja di proyek. Akan
tetapi, ayah Bonang selalu menolaknya karena ia tidak mau bekerja di
proyek yang tidak sejalan dengan idealismenya.
Melihat keadaan itu Bonang bersama kedua kakaknya, Saron dan Kendang
menulis surat kepada bupati dan melaporkan keadaan sebenarnya proyek
yang sedang berjalan. Mereka menulis surat dan menggambar jalan yang
sedang dibangun tersebut. Akan tetapi seminggu kemudian datanglah
polisi, mereka membawa Ayah Bonang dan Bonang ke kantor polisi. Ibu
Bonang yang di rumah hanya bisa berdoa. Ia tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Hanya beberapa hari saja Ayah Bonang kembali. Surat
yang dikirim oleh Bonang diduga sebagai pencemaran nama baik pemborong,
Ahmad.
Setelah peristiwa penangkapan itu, Pak Bupati datang ke desa Bonang
untuk melihat proyek pembangunan jalan. Proyek itu kini dibangun sesuai
dengan ketentuan. Ayah Bonang kembali sehat dan bekerja lagi. kini
jabatannya menjadi mandor. Pak Bupati sangat bangga pada Bonang. kini,
keluarga Bonang jidup bahagia di rumah sederhana.
Komentar
Novel ini disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan alur yang
juga mudah untuk diikuti. Pengarang menyampaikan sebuah cerita yang
sederhana tetapi mengandung nilai moral yang patut untuk diajarkan pada
anak-anak. Keteguhan ayah Bonang yang tidak mau menjalankan proyek yang
tidak sejalan dengannya mengajarkan pada anak-anak dan pada kita bahwa
seseorang hendaknya tegas dan tidak mau ikut melakukan tindakan yang
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku apalagi sampai membohongi
masyarakat. Tindakan Bonang dan kedua kakakanya yang berjuang demi
keluarganya juga patut ditiru, bahwa seorang anak hendaknya juga bisa
ikut merasakan kesulitan yang dihadapi orang tuanya. Kalau bisa juga
ikut menyelesaikan kesulitan tersebut.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar